Indonesia Satu Jayalah Indonesia

Tentang

Foto saya
Seorang pemuda sederhana yang mempunyai pandangan hidup yang sederhana pula.

Blog

Kamis, 21 Oktober 2010

Kapan Bersatunya?

3 komentar
“Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa kita. Tanah Air, Pasti Jaya, Untuk Selama-lamanya”

Kapan mau bersatunya geuningan jika kita masih ribut sesama tetangga? Kapan mau bersatunya jika kita masih perang antar desa? Kapan mau bersatunya kalau kita masih membedakan-bedakan dalam pergaulan? Maka dari itu harus kita sadari bahwa banyak perbedaan di Indonesia ini. Tapi jangan lupa dong sama semboyan Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” yang dicengkram kuat oleh sang Garuda Pancasila. Tentu kita semua sudah tahu toh arti dari semboyan tersebut dari kita berada di TK mungkin atau di SD. Ya, Berbeda-beda tapi tetap satu jua. Yo ayo tanamkan dong semboyan tersebut dalam diri kita. Jangan sampai ada perpecahan di Indonesia ini yang timbul karena perbedaan.
Kita lirik deh masalah peperangan antar pendukung klub sepakbola. Pantaskah mereka berperang? Kenapa harus berperang dan rela mati demi tim sepaknola yang didukungnya? Apakah ada keuntungannya? Apa klub sepakbola tersebut akan membayar setiap nyawa yang dikorbankan oleh pendukungnya? Semua jawabannya adalah TIDAK! Nya cik atuh berpikir, kenapa harus berperang antar sesama masyarakat Indonesia hanya demi mendukung klub sepakbola? Ya, jika klub kesayangannya kalah atau menang harus diterima dong. Mendukung itu berarti memberikan dorongan kepada yang didukung baik berupa dorongan semangat maupun motivasi supaya menjadi lebih baik. Bukannya marah-marah sampai merusak fasilitas umum, toh apa hubungannya fasilitas umum dengan kalahnya tim yang kita dukung, ya kan? Dan bahkan sampai memaki, menganiaya, sampai membunuh pendukung tim lawan. Apa salah mereka toh sampai diseperti itukan? Ya Tuhaaaan. Dimanakah akal sehat kita selama ini? Marah sih boleh, tapi sasarannya itu tidak tepat. Marah mah atuh cukup didalam hati saja, atau jika mau dikeluarkan ya teriak saja di tempat yang sepi, beres kan? Juga tidak ada yang rugi bukan? Harusnya sebagai pendukung itu memberikan masukkan ke tim kesayangannya, bisa via e-mail, forum, atau apa saja yang bisa digunakan sebagai media dan klub tersebut menyediakannya, supaya tim tersebut bermain lebih baik dan menang nantinya.

Membela klub sepakbola saja rela mati, bela negaranya mana? “Ah, bodo lah nu penting saya hirup senang”. Ya Tuhan.Kang, Teh, Jang, Neng, tidak boleh begitu dong geulis, kasep. Kita ini dilahirkan di tanah air Indonesia, ya tentu kita harus mengabdi dan peduli pada negara. Ya, kita kan tinggal disini, juga bekerja dan cari makan disini, ya masa kita tidak mempunyai rasa cinta terhadap negeri ini? Kita ini mulai beranjak dewasa sob, tapi jangan hanya fisik kita saja yang dewasa akan tetapi pola pikir kita yang kita kembangkan menuju kedewasaan. Ya?

Supaya suatu persatuan bisa kuat adalah bisa saling percaya, saling memahami, saling menghargai, dan bersatu padu dalam menghadapi suatu permasalahan. Jika hal-hal tersebut sudah kita miliki, maka persatuan akan kuat, dan tidak akan mudah terpecah-belah. Perluaslah wawasan dan pengetahuan kita, karena pengetahuan itu bisa didapat dimana saja, dan selagi kita masih muda dan masih bisa belajar. Semakin kita banyak tahu semakin kita tidak mudah dibodohi untuk diprovokasi dan diadu domba. Sekian dulu untuk post ini semoga memberikan pencerahan walau sedikit dan bisa membenahi setiap pemikiran kita yang sempit. Wassalam.
Selanjutnya...

Rabu, 13 Oktober 2010

Hidup Bersih? Mengapa Tidak

2 komentar
Pernahkah kita membayangkan suatu linkungan yang sejuk dengan hembusan angin segar dengan pemandangan disekitar kita bersih dan indah? Nah, jika sekarang terbayangkan, mengapa tidak kita wujudkan menjadi nyata jika memang keadaan sekitar kita tidak sebagus yang kita bayangkan? Bukankah dalam bayangan lingkungan tersebut terasa enak untuk ditinggali dan dirasakan? Jika ia, mulailah membiasakan hidup bersih mulai dari sekarang, dan mulailah dari hal kecil seperti membuang sampah ke tempat yang semestinya. Kemudian menjaga keadaan kamar kita sendiri bersih dan rapi, serta tertata dengan baik. Dan banyak hal lain yang dapat kita lakukan untuk hidup bersih.
Apa bagusnya sih hidup bersih? Ya, pasti ada yang berpikir seperti itu dalam benaknya. Setiap manusia pasti mempunyai pandangan dan egonya masing-masing. Lingkungan yang bersih tentunya bagus untuk kesehatan kita. Nah, lingkungan yang bersih juga menyejukkan pemandangan kita. Dalam hati kamu pun pasti ada rasa mengganjal, tidak enak seperti itu jika melihat suatu keadaan lingkungan yang kotor, berantakan, amburadul, dan lainnya sebagainya. Rasanya kita ingin membersihkan, tapi gimana gitu. Kita ambil contoh, jika ada di sekolah, ada sampah bekas jajan yang dibuang sembarangan di kelas, di dalam hati pasti ada keinginan walau kecil untuk memungut dan membuangnya ke tempat sampah. Tapi, selalu ada rasa malu atau bagaimana sehingga terhalangnya untuk melakukan hal tersebut. Pasti dalam hati berkata “ah, entar juga ada bagian piket yang ngebuangin”. Nah, jangan seperti itu, biarpun kita tidak piket, setidaknya kita melakukan hal tersebut untuk kepedulian terhadap lingkungan, siapa tahu ada kecengan ngeliat kita dan gimana gitu jadinya. Hehe. Ya, selain niatnya untuk kepedulian, kita pun bisa menanamkan motivasi untuk menjadi pahlawan kebersihan. Biarpun begitu jadikan saja itu sebagai salah satu pendorong saja dalam melakukan kebaikan untuk kebersihan. Mulailah biasakan hidup bersih atas kesadaran kita sendiri. Tentunya jika kita semua sadar akan perlunya kebersihan dan membiasakan hidup bersih, tentunya kita tidak perlu menunggu keluarnya Undang-Undang yang mengancam buang sampah sembarangan akan dikenakan denda $1.000 seperti yang ada di negara tetangga kita Singapura bukan?
Nah, setelah pemandangan kita bersih untuk dilihat, apakah kita mau menghirup udara yang kotor dan mendengar suara yang bising? Ya, jangan memodifikasi kendaraan bermotor kita menjadi mesin pembunuh kehidupan. Apa bagusnya sih kita membisingkan suara bermotor kita? Apakah berirama enak untuk didengar? Apakah ingin dianggap LELAKI? Ingin ditakuti? Tidak perlu seperti itu dong sobat. Kita harus tenggang rasa kepada lingkungan sekitar. Yang harus kita lakukan supaya menjadi peduli adalah merasakan apa yang orang lain rasakan. Ya, tidak perlu menjadi orang lain untuk merasakannya, cukup kita bayangkan saja apa yang orang lain rasakan. Misalkan kita mempunyai tetangga, kita sedang sakit gigi, eh si tetangga malah ngaegerung-gerungkan suara motornya, kenceng lagi suaranya seperti halilintar. Pasti sakit gigi kita, senut…senut… dalam hati pun pasti ingin teriak dan memarahi si tetangga, namun apa daya, lagi sakit gigi coy. Ya, seperti itulah, rasakan apa yang orang lain rasakan. Dan satu lagi, bagusnya sih dari kendaraan bermotor kita keluar asap seperti jin keluar dari botol? Apa manfaatnya toh? Yang ada bikin makruh orang. Seperti yang sudah saya ketikkan diatas, jangan memodifikasi kendaraan bermotor kita menjadi mesin pembunuh kehidupan. Ya, perlu kita sadari bahwa perusahaan pembuat kendaraan tersebut sudah meningkatakan teknologinya untuk membuat produknya tersebut ramah lingkungan. Suara diperhalus sampai tidak terdengar, dan emisi gas buangnya sudah dikurangi sampai tidak terasa, benar bukan? Laaaah, ini kita sendiri malah abis-abisin uang buat memperkeras suara mesin atau knalpotnya (saya tidak tahu juga mana yang membuat suara motornya gaduh, maklum gak punya motor sih. Hehe), juga mempertebal keluarnya asap seperti kebakaran ekor. Ya Tuhan, apakah kita ini masih punya otak untuk berpikir? Ya, jika kita masih punya otak untuk berpikir, secepatnya rubah lagi kendaraan bermotor kita menjadi kendaraan bermotor yang ramah linkungan. Ya, cukup sekian dulu ya, saya capek ngetiknya, hehe. Dan renungkanlah serta mulailah perubahan menuju masa depan yang lebih baik, mulai dari sekarang, dan mulai dari hal kecil yang bisa kita lakukan. Karena tidak akan ada perubahan jika tidak kita mulai. Wassalam.
Selanjutnya...

Minggu, 10 Oktober 2010

Bermacam Budaya dan Kesenian adalah Uniknya Indonesia

2 komentar





“Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia.” Dan dari Sabang sampai Merauke kita bisa menemukan banyak sekali budaya yang ditinggalkan oleh leluhur kita yang seharusnya kita pelihara. Banyaknya kebudayaan tersebut hendaknya kita jaga dan lestarikan, bukannya melestarikan budaya dari luar negeri khususnya dari Barat. Lah, kenapa harus mengikuti budaya barat kalau kita punya budaya sendiri toh? Kenapa kita mau kalah sih dengan mereka yang mempunyai sedikit kebudayaan daripada kita Indonesia yang mempunyai banyak kebudayaan?

Coba kita lihat kebudayaan yang ada di Jawa Barat dulu, orang yang sopan dan santun, saling membantu antar masyarakat, murah senyum, dan lainnya. Juga keseniannya mulai dari bermacam tarian, kesenian angklung, kesenian calung, wayang golek, dan lain sajabana. Di Jawa Barat saja sudah seueur pan sanes? Belum di daerah lain. Sebegitu banyaknya budaya dan kesenian apakah kita tidak mau melestarikan keberadaannya? Kalau sering menonton acara berita di televisi pasti pernah melihat ada orang Jepang yang bisa nyinden loh, dan ada juga yang menari tarian khas Jawa (kalau saya tidak salah). Ya tuhan, orang luar negeri saja mau mempelajari kebudayaan dan kesenian kita, masa kita selaku generasi bangsa yang memiliki kesenian tersebut tidak mau mempelajarinya? Sungguh terlalu.

Lah, jikalau sudah begitu, bagaimana cara supaya kita bisa mencintai kebudayaan Indonesia? Jawabannya adalah jangan terlalu banyak menuruti kebudayaan luar yang tidak baik. Karena tidak semua kebudayaan luar itu baik untuk dituruti. Jika kita ingin menuruti kebudayaan negara lain, kita ambil saja yang baiknya, bukan yang jeleknya. Kita ambil contoh Jepang, budaya mereka adalah suka bekerja, cinta akan negara, disiplin, inovatif, dan punya rasa malu jika melakukan kesalahan atau kegagalan. Karena punya budaya malu itulah ada yang disebut dengan Harakiri, atau bunuh diri karena merasa gagal atau salah. Akan tetapi untuk Harakiri tersebut tidak usah kita turuti tentunya, melainkan haruslah bangkit dan memperbaiki apa kegagalan atau kesalahan tersebut. Tidak tentu setiap usaha yang kita kerjakan itu akan berbuah keberhasilan walaupun sudah berusaha maksimal sekalipun. Justru jadikanlah kesalahan tersebut sebagai pengalaman berharga yang harus kita hindari untuk kedepannya. Jika kita ingin menuruti budaya barat misal Amerika, ambil yang baiknya, contohnya Minat membaca masyarakatnya tinggi, dan kreatif dalam hal teknologi. Kita juga bisa menuruti budaya negara negara tetangga kita seperti Singapura, yaitu membiasakan untuk hidup bersih dan tidak membuang sampah ke sembarang tempat. Ya, jika kita ingin yang mudahnya dalam menuruti budaya negara luar, mulailah dari terbiasa hidup bersih dan membuang sampah ke tempat yang semestinya. Apa susahnya sih hidup bersih?

Jika kita tidak banyak melihat budaya jelek atau tidak patut untuk dituruti dari negara lain, pasti akan tumbuh kesadaran dan rasa cita terhadap budaya yang kita miliki. Tidak ada ruginya jika kita mempelajari budaya dan seni kita sendiri bukan? Jangan pedulikan jika orang menganggap kita katro, ndeso, jelema heubeul, dan sajabana. Mereka hanya terlalu membudayakan budaya dari luar. Jika kita mau, sadarkan mereka dan ajaklah untuk melestarikan budaya bangsa kita ini. Jika kita melestarikan budaya kita sendiri dan nantinya diikuti oleh negara lain, tentu kita akan merasa bangga bukan? Sekian dahulu, semoga mencerahkan pemikiran sobat pembaca sekalian, walaupun hanya sedikit, wassalam.
Selanjutnya...

Kamis, 07 Oktober 2010

Berkeyakinanlah Dengan Akal dan Perasaan

3 komentar
Indonesia negara yang kaya akan keberagaman, salah satunya adalah keberagaman keyakinan dalam beragama. Kamu pasti tahu agama apa saja yang di yakini di Indonesia kan? Jika kita menggap agama lain itu keliru dari agama atau keyakinan kita, itu keliru. Mengapa saya mengetikkan seperti itu geuning? Ya, kamu pasti akan menganggap bahwa keyakinan yang kamu yakini itu lebih benar dari agama dan keyakinan yang lain bukan? Ya, begitupun orang yang berbeda keyakinan dari kita akan menganggap kepercayaannya lah yang paling benar. Nah, jika seperti apa yang harus kita lakukan? Yang harus kita lakukan adalah TENGGANG RASA antar umat beragama. Jangan pernah memaksakan keyakinan kepada orang lain yang mempunyai keyakinan tinggi terhadap apa yang diyakininya.

Indonesia memang mempunyai masyarakat yang mayoritas beragama Islam, tetapi selaku mayoritas tidaklah seharusnya menganiaya, mencemooh, mengucilkan, dan perbuatan lain semacamnya terhadap yang minoritas. Janganlah saling membenci antar umat beragama. Dan jika kita menjunjung nilai-nilai hukum bangsa yang telah dibuat yang bermakna bahwa masyarakat Indonesia diberikan kebebasan dalam memeluk agama seperti yang tercantum dalam undang-undang, terorisme seperti pemboman, tidak akan berlangsung lama dan banyak memakan korban. Karena orang seperti Dr. Azhari dan Nordin M. Top tidak tahu nilai hukum dan undang-undang di Indonesia. Jika kita semua tahu, paham dan menjunjung tinggi nilai tersebut, maka tidak akan ada calon ‘Pengantin’ dari masyarakat Indonesia.

Bukan berarti saya buat postingan ini untuk membentuk pemikiran untuk membuat agama baru loh, anda pasti tahu apa yang saya maksudkan. Ya, berkeyakinanlah sesuai dengan apa yang tertuang dalam undang-undang. Janganlah menjadi pembuat suatu kekeliruan dalam berkeyakinan, misalkan seperti yang telah terjadi kasus kasus penyesatan agama seperti yang dilakukan Lia Eden dan lainnya yang dianggap sesat dalam ajarannya. Juga ada pula yang menganggap bahwa dirinya adalah Nabi dan membawa ajaran baru. Dalam keyakinan Islam menganggap bahwa Nabi dan Rasul yang terakhir adalah nabi Muhammad, dan tidak akan ada lagi Nabi dan Rasul setelahnya. Sehingga yang seperti itu akan dianggap sesat oleh masyarakat Indonesia.

Yang terpenting jika kita orang yang beragama adalah taat menjalankan ibadah, menuruti apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang oleh agama serta kepercayaan masing-masing. Dan marilah berpikir dewasa dan kritis, gunakan akal dan pikiran, serta perasaan. Perbanyak wawasan dan pengetahuan, jangan pernah puas dengan ilmu dan pengetahuan yang telah didapat. Jika kita berwawasan luas, kita tidak akan mudah untuk diprovokasi. Ya, dan ternyata cukup sekian dulu ya, wassalam.
Selanjutnya...

Minggu, 03 Oktober 2010

Keragaman

1 komentar



Seperti yang pembaca tahu tentunya bahwa Indonesia adalah negara yang penuh dengan keberagaman mulai dari beragam suku bangsa, budaya, agama, etnis, ras, dan lainnya.

Bagaimana kita selaku generasi muda dalam menyikapinya? Walaupun beragam, jangan pernah kita membedakan dalam pergaulan, jangan pernah mempunyai anggapan bahwa jenis yang satu menganggap jenis yang lain itu lebih rendah ataupun lebih tinggi. Perbedaan seperti yang saya ketikkan diatas adalah Diferensiasi sosial, bukan lah stratifikasi sosial. Loh, apa bedanya? Dan apa maksudnya? Ya, diferensiasi itu membedakan tetapi bukan berdasarkan kedudukan. Gambarannya, diferensiasi itu pembedaan secara horizontal, jadi pembedaan tersebut tidak mengenal adanya tingkatan dalam setiap perbedaan. Jadi semua perbedaan tersebut bisa dibilang SAMA RATA atau SEJAJAR antara satu dengan yang lainnya. Nah, jika Stratifikasi itu pembedaan secara vertikal. Nah, contohnya adalah jabatan, kelas sosial, dan sebagainya.

Nah, rubahlah persepsi kita yang menganggap misalkan (Maaf ya) orang yang berkulit hitam itu lebih rendah dari orang yang berkulit putih. Loh, kenapa harus seperti itu? Ya, anda jangan lupa kita ini awalnya keturunan siapa. Ya, saya selaku muslim, meyakini bahwa semua umat manusia sampai sekarang ini merupakan keturunan Nabi Adam a.s. manusia pertama yang diciptakan oleh Tuhan. Ya, menurut saya pribadi, manusia bukanlah berawal dari (maaf) kera seperti yang tercantum dalam teori Darwin. Memangnya kamu mau kalau kamu mempunyai nenek moyang kera? Manusia tuhan bekali dengan akal dan pikiran untuk berpikir bukan? Berbeda dengan kera, mereka tidak dibekali dengan akal dan pikiran, makanya mereka tidak mempunyai aturan dan disiplin. Nah, bagi kamu yang tidak suka berpikir dan tidak suka menaati perturan dan tidak berdisiplin, mau disamakan dengan kera? Ya, dan apakah kamu pernah melihat ada kera yang berubah menjadi manusia saat ini? Dan hal apa yang membuat kera pada zaman dahulu bisa berubah menjadi manusia? Kenapa saat ini tidak ada lagi kera yang menjadi manusia?

Nah, jika kamu tahu yang seperti itu kenapa tetap tidak mau berpikir, berdisiplin, dan tertib? Mari berubah, jangan mau disamakan dengan makhluk yang saya sebutkan di atas jika anda benar-benar manusia yang bernenek moyang manusia. Hehe. Ya, cukup sekian dulu ya, wassalam.
Selanjutnya...

Bukan Se-Ragam Dirancang oleh Insight © 2009 - Dimodifikasi oleh Yamanda